Select Page

Penulis: Frans R. Agustiyanto Dosen Fisika UIN Mahmud Yunus Batusangkar
ORCID ID: 0000-0002-3103-708X
Scopus ID: 57222583610

Hari Raya Idul Adha adalah momen penting dalam tradisi Islam yang dirayakan dengan penyembelihan hewan qurban. Kegiatan ini tidak hanya memiliki makna spiritual dan ritual, tetapi juga melibatkan pertimbangan ilmiah dan etika yang penting. Melalui ulasan ini, kita akan menyoroti hubungan antara sains, praktek penyembelihan hewan, dan peraturan agama yang relevan, serta bagaimana penelitian terkini dapat memberikan wawasan tentang kesejahteraan hewan dalam proses ini.

Penelitian tentang Perasaan dan Kesadaran Hewan

Sebuah artikel yang ditulis oleh Wilhelm Schulze et al., berjudul “Experiments for the objectification of pain and consciousness during conventional (captive bolt stunning) and religiously mandated (ritual cutting) slaughter procedures for sheep and calves” (1978), memberikan pandangan mendalam tentang aspek kesejahteraan hewan dalam proses penyembelihan. Penelitian ini menyelidiki bagaimana metode penyembelihan, baik yang konvensional maupun yang religius, mempengaruhi rasa sakit dan kesadaran hewan.

Dalam konteks penyembelihan hewan qurban, temuan ini sangat relevan. Misalnya, metode pemotongan ritual yang diperintahkan dalam Islam haruslah dilakukan dengan memperhatikan kesejahteraan hewan, termasuk bagaimana proses tersebut dapat mengurangi rasa sakit dan stres bagi hewan yang disembelih. Schulze et al. mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam beberapa metode penyembelihan, yang mendukung pentingnya penanganan yang manusiawi terhadap hewan.

Peraturan Penyembelihan Hewan Qurban dalam Islam

Dalam Islam, penyembelihan hewan qurban harus memenuhi syarat tertentu. Menurut ajaran Islam, hewan yang disembelih harus dalam keadaan sehat dan tidak cacat. Proses pemotongan harus dilakukan oleh seorang Muslim yang kompeten, menggunakan alat yang tajam untuk memastikan bahwa penyembelihan dilakukan dengan cepat dan efisien. Hal ini sesuai dengan prinsip syariat yang menekankan pentingnya menurunkan derita pada hewan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menetapkan pedoman yang jelas mengenai cara penyembelihan hewan qurban. Menurut pedoman MUI, prosedur penyembelihan harus memenuhi criteria yang ditetapkan, yaitu:

  1. Pelaksanaan dengan sebaik-baiknya: Meliputi penyembelihan menggunakan alat yang tajam, menghindari menundukkan hewan sebelum disembelih untuk mengurangi stres, serta memastikan proses penyembelihan dilakukan dengan cepat.
  2. Perhatian terhadap aspek kebersihan: Mengingat bahwa proses penyembelihan berkaitan dengan kesucian dalam Islam, menjaga kebersihan selama dan setelah penyembelihan sangat penting.
  3. Penggunaan sistem yang efisien dan Humanis: MUI juga mendorong penggunaan metode yang meminimalkan rasa sakit dan stres bagi hewan semaksimal mungkin.

Menurut artikel yang ditulis oleh Asmi Wood, Penting bagi umat Islam untuk memahami bahwa penyembelihan hewan qurban bukan hanya kewajiban ritual, tetapi juga harus dilakukan sesuai dengan prinsip etis dan ilmiah. Terdapat instruksi dari Nabi Muhammad SAW yang menekankan pentingnya membunuh hewan dengan cara yang humanis, termasuk penggunaan alat yang tajam dan tidak memperlihatkan tindakan penyembelihan kepada hewan lainnya. Artikel tersebut menegaskan bahwa hukum Islam memberikan perhatian besar terhadap perlakuan yang baik terhadap hewan.

Sains dan Kesejahteraan Hewan

Pendekatan ilmiah terhadap penyembelihan hewan qurban memberikan manfaat dalam menjaga kesejahteraan hewan serta sesuai dengan ajaran Agama. Dengan mengadopsi praktik berkualitas tinggi saat penyembelihan—berdasarkan hasil penelitian yang mendukung pengurangan rasa sakit dan kesadaran pada hewan—masyarakat Muslim tidak hanya menjalankan ajaran agama dengan baik tetapi juga berkontribusi pada etika perlakuan terhadap hewan.

Gambar. Lokasi sayatan selama penyembelihan halal sapi (hewan ruminansia), (Abdullah, dkk. 2019)

Gambar diatas menunjukkan lokasi sayatan yang tepat selama penyembelihan halal pada sapi, yaitu ruminansia. Prosedur penyembelihan yang tepat adalah kunci untuk memastikan bahwa hewan disembelih dengan mematuhi prinsip-prinsip halal yang ditetapkan dalam ajaran Islam. Lokasi sayatan ini meliputi beberapa struktur penting:

  1. Trakea (1): Saluran udara yang menghubungkan tenggorokan dengan paru-paru. Memotong trakea merupakan langkah penting untuk memungkinkan darah mengalir keluar dari tubuh hewan dengan cepat.
  2. Esophagus (2): Saluran makanan yang juga perlu dipotong untuk memastikan proses pengeluaran darah berlangsung dengan efektif.
  3. Vena Jugularis Eksterna Dextra (3): Vena utama yang membawa darah kembali ke jantung. Memotong vena ini adalah krusial untuk mempercepat proses pengeluaran darah (exsanguination).
  4. Arteria Carotis Communis (4): Arteri utama yang membawa darah dari jantung ke kepala. Memotong arteri ini juga sangat penting untuk memastikan bahwa hewan kehilangan kesadaran dengan cepat.
  5. Arteria Carotis Eksterna Dextra (5): Salah satu cabang dari arteri karotis yang juga perlu dipotong untuk proses pengeluaran darah yang efisien.
  6. Arteria Carotis Interna Dextra (6): Menyediakan aliran darah ke otak. Pemotongan arteri ini membantu mempercepat kehilangan kesadaran.
  7. Arteria Maxillaris (7): Arteri yang mendukung bagian wajah hewan.
  8. Vena Maxillaris (8): Membantu dalam pengaliran darah dari bagian wajah kembali ke jantung.
  9. Vena Linguofacialis (9): Vena yang penting dalam sirkulasi darah di kepala hewan.
  10. Truncus Linguofacialis (10): Cabang dari arteri yang mengatur suplai darah ke area mulut.

Dalam dokumen tersebut, diungkapkan bahwa salah satu faktor kritis dalam penyembelihan adalah posisi hewan saat proses berlangsung. Mengacu pada praktik yang sesuai, hewan sebaiknya dibaringkan di sisi kiri dan menghadap ke arah Kiblat. Posisi ini dipercaya dapat meningkatkan aliran darah yang baik dan memastikan proses pemotongan yang efektif. Penelitian menunjukkan bahwa pengaturan posisi hewan berpengaruh langsung terhadap kualitas daging dan kesejahteraan hewan, di mana posisi rebahan dapat meminimalisir risiko komplikasi seperti aspirasi darah ke dalam saluran pernapasan.

Mempertimbangkan faktor-faktor ini, penting bagi umat Islam untuk sadar akan aspek ilmiah yang terkait dengan hewan qurban dan bagaimana hal itu dapat diterapkan dalam praktik sehari-hari. Ini merupakan langkah progresif menuju pemahaman yang lebih baik tentang kesejahteraan hewan yang senada dengan ajaran agama.

Kesimpulan

Penyembelihan hewan qurban pada Hari Raya Idul Adha bukan hanya soal ritual tetapi juga melibatkan pertimbangan ilmiah dan etika yang mendalam. Dengan memperhatikan sains dalam konteks kesejahteraan hewan dan mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh MUI, umat Islam dapat menyampaikan niat ibadah mereka dengan cara yang lebih manusiawi dan bertanggung jawab. Mari kita sambut Idul Adha dengan penuh kesadaran akan pentingnya menjaga kesejahteraan hewan dalam setiap langkah ibadah kita.

Referensi

  1. Schulze, W., et al. (1978). “Experiments for the objectification of pain and consciousness during conventional (captive bolt stunning) and religiously mandated (“ritual cutting”) slaughter procedures for sheep and calves.”
  2. Tereszkiewicz, K., Choroszy, K., & Tereszkiewicz, P. (2017). Dispute on ritual slaughter. Acta Sci. Pol. Zootechnica, 16(1), 3–8. DOI: 10.21005/asp.2017.16.1.01.
  3. Wood, Asmi. (2013). Animal Welfare Under the Shari’a. Macquarie Law Journal, 12, 155–171.
  4. Abdullah, F. A. A., Borilova, G., & Steinhauserova, I. (2019). Halal criteria versus conventional slaughter technology. Animals, 9(8), 530.
  5. Majelis Ulama Indonesia. (MUI). Pedoman Penyembelihan Hewan Qurban.